HISTORISITAS/SEJARAH
HUBUNGAN AGAMA DAN SAINS
Pengertian Sains
Istilah sains
merupakan ahli bahasa dari “science” yang berasal dari bahasa latin,”scire”,
artinya “to know”. Dalam arti sempit sains diartikan ilmu pengetahuan alam,
yang sifatnya kuantitatif dan objektif.
Dalam Kamus
Besar Indonesia (Depdikbud : 1998), ditemukan juga kata “sains” yang berarti
(1) ilmu teratur (sistematis) yang dapat diuji atau dibuktikan kebenarannya;
(2) ilmu yang berdasarkan kebenaran atau keyakinan semata (fisika, kimia, biologi).
Jadi pengertian
sains pada prinsipnya merupakan suatu usaha untuk mengorganisasikan dan
mensistematiskan “common sense” (sering dianalogikan dengan “good sense”),
suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan
sehari – hari, dan dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti
dengan menggunakan berbagai metode yang biasa dilakukan dalam penelitian ilmiah
(observasi, eksperimen, survey, studi kasus dan lain - lain).
Pengertian Agama
Tidak mudah bagi kita untuk
menentukan pengertian agama karena sikap terhadap agama bersifat bathiniah,
subjektif, dan individualistis, walaupun nilai – nilai yang dimiliki oleh agama
bersifat universal. Kalau kita membicarakan agama, maka kita akan dipengaruhi
oleh pandangan agama yang kita anut sendiri.
Istilah agama, memiliki pengertian
yang sama dengan istilah “religion” dalam bahasa Inggris Bozman (Anshari, 1979)
mengemukakan bahwa agama dalam arti luas merupakan suatu penerimaan terhadap
aturan – aturan dari suatu kekuatan yang lebih tinggi, dengan jalan melakukan
hubungan yang harmonis dengan realitas yang lebih agung dari dirinya sendiri,
yang memerintahkan untuk mengadakan kebaktian, pengabdian, dan pelayanan yang
setia.
Pola Konflik Agama dan Sains:
Galileo (Abad ke-15 M)
Newton (Abad ke-17 M)
Darwin (Abad ke-19 M)
Einstein (Abad 20)
KONFLIK ANTARA AGAMA DAN SAINS
(Masa Galileo / Abad ke-15 M)
> Konflik antara agama dan sains telah dimulai sejak abad 15,
ketika Galileo menentang paham geosentris (bumi merupakan pusat
tata surya) yang dianut oleh gereja.
> Galileo dianggap
mengingkari keyakinan agamanya (kristen).
> Galileo hanya bermaksud mentransfoermasikan sains agar lebih bermanfaat bagi kehidupan.
Ketaksesuaian agama dan sains berlanjut
hingga masa sesudahnya (masa
Newton / masa sains modern).
> Transformasi Sains
Sejarah sains Eropa masa kebangkitan (abad 14 dan 15) mencatat bahwa sains muncul tidak hanya dalam rangka
melepaskan hegemonik gereja sebagai institusi pemegang
kekuasaan tertinggi, tetapi juga sebagai momentum transformasi sains ke
dalam utilitas teknik (aplikasi
nyata).
SAINS MODERN
(Abad ke-17 M)
Para ahli sejarah sepakat
bahwa sejarah perkembangan sains modern beserta
aplikasi teknologi yang ada sekarang diawali oleh Newton
(mekanika klasik). Mekanika klasik Newton berdampak besar terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan saat itu. Konsep mekanika klasik Newton bersifat mekanistik deterministik (apabila kondisi awal dari sesuatu dapat ditentukan, maka
kondisi berikutnya dapat diprediksi secara tepat).
> Dampak Positif Paradigma Newton
Paradigma Newton -> Revolusi Industri (Inggris, abad
ke-17) dengan penemuan mesin tenun dan mesin cetak
Tahapan Industri -> Mekanisasi (abad ke-17)
Energisasi (abad ke-18)
Optimalisasi (abad ke-18 s.d. ke-19)
Otomatisasi (abad ke-19 s.d. Ke-20)
Penciptaan Alam Semesta -> Ada dengan tidak sendirinya,Sesuai dengan
agama (alam semesta ada yang menciptakan)
> Dampak Negatif Paradigma Newton
membentuk masyarakat yang sekularistik
mengabaikan nilai-nilai religiusitas (mengabaikan unsur Tuhan
karena merasa dapat memprediksi apa yang akan terjadi)
PUNCAK KONFLIK AGAMA dan SAINS
(Abad ke-19 M)
Charles Darwin pada abad ke-19 memunculkan bukunya The
Origin of Species (hanya dengan ‘menjejer dan mengurutkan’ tulang tengkorak
berusaha menghubungkan secara evolusioner) Temuan Darwin semakin memicu ketidakharmonisan hubungan antara ilmuwan (orang yang menekuni sains) dan agamawan (orang yang mendalami nilai dan ajaran Tuhan).
MASA REDA KONFLIK AGAMA dan SAINS
(Abad ke-20 M)
Abad 20 -> Muncul paradigma baru dalam ilmu pengetahuan ,mekanistik deterministik
menjadi probabilistik relatifistik
Motor -> Heissenberg dan Scrodinger (Teori Mekanika Kuantum) -> Albert Einstein (konsep ruang-waktu dan energi)
> Abad 20
Muncul paradigma baru dalam ilmu pengetahuan
mekanistik deterministik
menjadi probabilistik relatifistik
> Motor
Heissenberg dan Scrodinger (Teori Mekanika Kuantum)
Albert Einstein (konsep ruang-waktu dan energi)
> Probabilistik relatifistik
Sesuatu memiliki banyak kemungkinan alternatif pemecahan persoalan
Melahirkan ilmu-ilmu baru seperti material science, mikro elektronika, kimia fisika
kuantum, astrofisika, dll.
Perbedaan Paradigma dalam
Konsep Energi-Ruang-Waktu
Newton -> Massa materi adalah
kekal, ada dengan sendirinya dari dulu hingga sekarang (teori Steady State),
sehingga ruang dan waktu adalah entitas yang terpisah
Einstein -> Ruang
dan waktu adalah entitas yang terkait satu sama lain menjadi dimensi tersendiri
yaitu dimensi ruang-waktu. Tanpa ada ruang maka tidak akan ada waktu
HUBUNGAN SAINS dan ISLAM ABAD 21
Simbiosis Mutualisme
- Hubungan antara agama dan sains saling mendukung satu dengan yang lainya.
Konflik Berkurang
- Dengan berkembangnya pola fikir manusia, sehingga mereka dapat berfikir secara lebih logis membuat banyak permasalahan mulai banyak berkurang.
Daftar pustaka :
Sadulloh, Uyoh. 2011. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung :
Alfabeta