Rabu, 14 November 2012

HISTORISITAS/SEJARAH
HUBUNGAN AGAMA DAN SAINS 

Pengertian Sains

Istilah sains merupakan ahli bahasa dari “science” yang berasal dari bahasa latin,”scire”, artinya “to know”. Dalam arti sempit sains diartikan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif.
Dalam Kamus Besar Indonesia (Depdikbud : 1998), ditemukan juga kata “sains” yang berarti (1) ilmu teratur (sistematis) yang dapat diuji atau dibuktikan kebenarannya; (2) ilmu yang berdasarkan kebenaran atau keyakinan semata  (fisika, kimia, biologi).
Jadi pengertian sains pada prinsipnya merupakan suatu usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematiskan “common sense” (sering dianalogikan dengan “good sense”), suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari – hari, dan dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode yang biasa dilakukan dalam penelitian ilmiah (observasi, eksperimen, survey, studi kasus dan lain - lain).

Pengertian Agama

Tidak mudah bagi kita untuk menentukan pengertian agama karena sikap terhadap agama bersifat bathiniah, subjektif, dan individualistis, walaupun nilai – nilai yang dimiliki oleh agama bersifat universal. Kalau kita membicarakan agama, maka kita akan dipengaruhi oleh pandangan agama yang kita anut sendiri.
Istilah agama, memiliki pengertian yang sama dengan istilah “religion” dalam bahasa Inggris Bozman (Anshari, 1979) mengemukakan bahwa agama dalam arti luas merupakan suatu penerimaan terhadap aturan – aturan dari suatu kekuatan yang lebih tinggi, dengan jalan melakukan hubungan yang harmonis dengan realitas yang lebih agung dari dirinya sendiri, yang memerintahkan untuk mengadakan kebaktian, pengabdian, dan pelayanan yang setia.

Pola Konflik Agama dan Sains:
Galileo (Abad ke-15 M)
Newton (Abad ke-17 M)
Darwin (Abad ke-19 M)
Einstein (Abad 20)

KONFLIK ANTARA AGAMA DAN SAINS

(Masa Galileo / Abad ke-15 M)

> Konflik antara agama dan sains telah dimulai sejak abad 15, ketika Galileo menentang paham geosentris (bumi merupakan pusat tata surya) yang dianut oleh gereja.
> Galileo dianggap mengingkari keyakinan agamanya (kristen).
> Galileo hanya bermaksud mentransfoermasikan sains  agar lebih bermanfaat bagi kehidupan.
Ketaksesuaian agama dan sains berlanjut hingga masa sesudahnya (masa Newton / masa sains modern).

Transformasi  Sains

Sejarah sains Eropa masa kebangkitan (abad 14 dan 15) mencatat bahwa sains muncul tidak hanya dalam rangka melepaskan hegemonik gereja sebagai institusi pemegang kekuasaan tertinggi, tetapi juga sebagai momentum transformasi sains ke dalam utilitas teknik (aplikasi nyata).

SAINS MODERN
(Abad ke-17 M)

Para ahli sejarah sepakat bahwa sejarah perkembangan sains modern beserta aplikasi teknologi yang ada sekarang diawali oleh Newton (mekanika klasik). Mekanika klasik Newton berdampak besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan saat itu. Konsep mekanika klasik Newton bersifat mekanistik deterministik (apabila kondisi awal dari sesuatu dapat ditentukan, maka kondisi berikutnya dapat diprediksi secara tepat).

        > Dampak Positif Paradigma Newton



     Paradigma Newton  -> Revolusi Industri (Inggris, abad ke-17) dengan penemuan mesin tenun dan mesin cetak
Tahapan Industri ->           Mekanisasi (abad ke-17)
Energisasi (abad ke-18)
Optimalisasi (abad ke-18 s.d. ke-19)
Otomatisasi (abad ke-19 s.d. Ke-20)
Penciptaan Alam Semesta  -> Ada dengan tidak sendirinya,Sesuai dengan agama (alam semesta ada yang menciptakan)

> Dampak Negatif Paradigma Newton

membentuk masyarakat yang sekularistik
mengabaikan nilai-nilai religiusitas (mengabaikan unsur Tuhan karena merasa dapat memprediksi apa yang akan terjadi)

PUNCAK KONFLIK AGAMA dan SAINS
(Abad ke-19 M)

Charles Darwin pada abad ke-19 memunculkan bukunya The Origin of Species (hanya dengan ‘menjejer dan mengurutkan’ tulang tengkorak berusaha menghubungkan secara evolusioner) Temuan Darwin semakin memicu ketidakharmonisan hubungan antara ilmuwan (orang yang menekuni sains) dan agamawan (orang yang mendalami nilai dan ajaran Tuhan).

MASA REDA KONFLIK AGAMA dan SAINS
(Abad ke-20 M)

Abad 20 -> Muncul paradigma baru dalam ilmu pengetahuan ,mekanistik deterministik menjadi probabilistik relatifistik
Motor -> Heissenberg dan Scrodinger (Teori Mekanika Kuantum) -> Albert Einstein (konsep ruang-waktu dan energi)

> Abad 20
Muncul paradigma baru dalam ilmu pengetahuan
mekanistik deterministik menjadi probabilistik relatifistik
> Motor
Heissenberg dan Scrodinger (Teori Mekanika Kuantum)
Albert Einstein (konsep ruang-waktu dan energi)
> Probabilistik relatifistik
Sesuatu memiliki banyak kemungkinan alternatif pemecahan persoalan
Melahirkan ilmu-ilmu baru seperti material science, mikro elektronika, kimia fisika kuantum, astrofisika, dll.

Perbedaan Paradigma dalam Konsep Energi-Ruang-Waktu

Newton -> Massa materi adalah kekal, ada dengan sendirinya dari dulu hingga sekarang (teori Steady State), sehingga ruang dan waktu adalah entitas yang terpisah
Einstein -> Ruang dan waktu adalah entitas yang terkait satu sama lain menjadi dimensi tersendiri yaitu dimensi ruang-waktu. Tanpa ada ruang maka tidak akan ada waktu

HUBUNGAN SAINS dan ISLAM ABAD 21

Simbiosis Mutualisme
  • Hubungan antara agama dan sains saling mendukung satu dengan yang lainya.
Konflik Berkurang
  • Dengan berkembangnya pola fikir manusia, sehingga mereka dapat berfikir secara lebih logis membuat banyak permasalahan mulai banyak berkurang.


Daftar pustaka :
Sadulloh, Uyoh. 2011. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Alfabeta